Thema yang diangkat pada hari jadi yang ke-756 ini adalah “Bersama Lebih Kuat, Tana Luwu Menjadi Hebat”
Sejarah Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebelumnya Luwu telah menjadi sebuah kerajaan yang mewilayahi Kolaka (Sulawesi Tenggara) dan Poso (Sulawesi Tengah). Sejarah Luwu atau dikenal dengan nama Tanah Luwu, dihubungkan dengan nama La Galigo dan Sawerigading.
Luwu oleh banyak orang di Sulawesi Selatan & Barat dianggap sebagai kerajaan tertua dan merupakan cikal bakal raja-raja di sebagian besar Sulawesi. Raja dan bangsawan dari daerah ini mendapat penghargaan sosial dari masyarakat. Dalam salah satu lontara Gowa disebutkan ” Keberanian ada di Gowa, kepandaian ada di Bone dan kemuliaan ada di Luwu”, suatu wujud pengakuan terhadap Luwu, Bone dan Gowa (Tiga kerajaan utama di Sulawesi Selatan). Bicara tentang Luwu tidak bisa lepas dari kitab La Galigo, suatu kitab epos terpanjang di dunia.
Luwu kini telah menjelma menjadi banyak Kabupaten. Pada tanggal 10 Februari 1999, DPRD Kabupaten Luwu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 03/Kpts/DPRD/II/1999, tentang Usul dan Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu, yg membagi Dati II Luwu menjadi Kabupaten Luwu dengan luas wilayah 3.092,58 km2, Kabupaten Luwu Utara dengan luas wilayah 7.502,48 km2, Kota Palopo dengan luas wilayah 155.19 km2 dan Kabupaten Luwu Timur dengan luas wilayah 6.944,98 km2. Namun kota Palopo tetap sebagai pusat dari peradaban Luwu. Kota ini menjadi barometer perkembangan pembangunan di suatu bentang wilayah yang pernah tercatat dalam sejarah emas bernama Kedatuan Luwu.
*sumber: academia.edu/asalusulluwu